Rabu, 03 Februari 2010

Menyunting Naskah Karangan


Menyunting Naskah Karangan

Kamu pasti sering mendengar istilah menyunting naskah atau tulisan, tapi tahukah apa sebenarnya menyuntingan itu? Menyunting teks dgdg karangan merupakan proses pembenahan sebuah teks karangan sebelum menjadi teks karangan yang siap disajikan, dinilaikan, ataupun diterbitkan. Penyuntingan bertujuan untuk menghindarkan teks karangan dari kesalahan-kesalahan, baik menyangkut isi maupun penggunaan bahasa, dengan cara mengoreksi isi tulisan secara cermat dan teliti.
Sebuah teks (buku, bacaan, atau laporan) kadang-kadang pemakaian bahasanya belum tentu benar semua. Semua itu disebabkan penulis, editor, bahkan orang yang mengetik teks tersebut hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Ada pun yang dimaksud kesalahan di sini adalah penyimpangan dari kaidah bahasa. Kesalahan bahasa biasanya terjadi di segi penggunaan ejaan, tanda baca, pilihan kata (diksi), kalimat yang tidak efektif, dan paragraf yang kurang padu. Kesalahan-kesalahan tersebut dapat diketahui dalam kegiatan menyunting atau memperbaiki teks. Sebagai seorang pelajar, kalian perlu berlatih menyunting suatu teks (misal: laporan peristiwa). Oleh karena itu, agar dapat memperbaiki ejaan dan tanda baca dalam sebuah tulisan, kamu harus menguasai kaidah-kaidahnya. Untuk dapat menguasai kaidah ejaan dan tanda baca, kamu harus mempelajari buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD).
Pada materi ini kalian akan diajak untuk mempelajari salah satu aspek penyuntingan, yaitu menyunting ejaan dan tanda baca, pilihan kata, penggunaan kalimat efektif , dan keterpaduan paragraf. Agar pembelajaran berhasil, aktivitas yang harus kalian lakukan adalah (1) menyunting ejaan dan tanda baca, (2) menyunting pilihan kata, (3) menyunting kalimat, dan (4) menyunting paragraf.

1. Ejaan dan Tanda Baca
Ejaan dan tanda baca merupakan faktor penting dalam penyuntingan sebuah naskah atau karangan. Seorang penyunting agar dapat menyunting dengan baik modal utama yang harus dimilki adalah mampu menguasai Pdoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) karena pada dasarnya tulisan yang baik dan benar yaitu tulisan yang sesuai dengan tata bahasa baku yang disempurnakan.

a. Ejaan
Secara umum, dalam Kamus Besar Bahssa Indonesia digunakan ejaan bahasa Indonesia yang diatur dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Ejaan merupakan komponen bahasa ragam tulis yang sangat menentukan benar salahnya sebuah tulisan. Ejaan yang dibahas pada bab ini meliputi huruf kapital, huruf miring, penulisan kata.

1) Penulisan huruf Kapital
a) Huruf kapital dipakai sebagai penanda awal kalimat.
contoh:
Adik pergi ke sekolah.
Jangan pergi dari rumah!
b) Huruf kapital diapakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
contoh:
Ayah bertanya, “Kapan ibu pulang?”
“Kakak naik sepeda motor,” katanya.
c) Huruf kapital dipakai sebgai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
contoh:
Allah, Yang Mahakuasa, Quran, Islam,
Tuhan akan mengampuni dosa hamba-hamba-Nya yang mau bertobat.
d) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Contoh:
Mahaputra Alif, Sultan Hasanuddin, Haji Busri, , Nabi Muhammad.
e) Huruf kapital dipakai sebgai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Contoh:
Wakil Presiden Jusuf Kalla, Perdana Mentri Nehru, Profesor Dandan.
f) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Contoh:
banngsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Prancis.
g) Huruf kapital dipakai sebagai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Contoh:
tahun Hiriah, hari Kamis, bulan Ramadhan, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
h) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Contoh:
Selat Sunda, Semarang, Gunung Merapi,
i) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, paman, bibik, kakek, dan nenk yang dipakai sebagai kata ganti atau sapaan.
Contoh:
Surat Saudara telah saya baca.
Pergi kemana Ibu kemarin?

2) Penulisan Huruf Miring
Huruf yang dicetak miring disebut juga dengan istilah huruf kursif. Untuk tulisan tangan atau ketikan, kata yang dicetak miring diberi satu garis di bawahnya. adapun pemakaiannya sebagai berikut.
a) Huruf miring dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan.
Contoh:
majalah Bola, buku Wacana, surat kabar Suara Merdeka
b) Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagiann kata, atau kelompok kata.
Contoh:
Huruf pertama kata bahasa adalah b.
Buatlah kalimat dengan kata bermain.
c) Huruf miring dipakai untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang belum disesuaikan ejaannya.
contoh:
Politik devide et impera sangat berbahaya bagi persatuan bangsa.
kemarin saya telah ikut ujian TOEFL di Semarang.


3) Penulisan Kata
Pada bagian ini akan dibicarakan kata dasar dan kata-kata turunan. Kata-kata turunan terdiri atas kata ulang, gabungan kata, kata ganti, kata depan, kata si dan sang, serta partikel.
a) Cara Penulisan Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan
Contoh:
Buku itu sangat tebal.
Andi punya mobil baru.
b) Cara Penulisan Kata Turunan.
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Contoh:
memfitnah, perbaikan, dizakati
2. Kalau bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan unsur yang langsung mengikuti atau medahulinya.
Contoh:
anak tirinya, membanting tulang, tanda tangani
c) Cara Penulisan Kata Ulang
bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung (-).
Contoh:
anak-anak, buku-buku, mata-mata, ramah-tamah, sayur mayor.
d) Cara Penulisa Gabungan Kata
1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khususnya, bagian-bagian umumnya ditulis terpisah.
Contoh:
mata keranjang, meja hijau, kereta api
2. Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata ditulis serangkai.
contoh:
Akhirulkalam, matahari, saputangan, adidaya, pancakarya,
e) Cara Penulisan Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya.
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; mu dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh:
Silakan kauberdoa supaya permintaanku dan permintaanya dikabulkan.
f) Penulisan Kata Depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata.
contoh:
Andi bermalam di rumahku setelah berngkat dari semarang.
Mari kita berangkat ke pasar.
g) Cara Penulisan Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh:
Sekarang si Midun sedang bercerita tentang sang kancil.
h) Penulisan Partikel
Partikel merupakan golongan kata yang tidak dapat berdiri sendiri, seperti lah, kah, tah, pun, dan per.
Contoh:
Apakah Saudara telah melakukannya?
Ajaklah istrimu mendirikan salat.
Jangankan bersedekah, zakat pun tidak pernah.
Harga hewan kurban itu rata-rata Rp 1000.000,- per ekor.
b. Tanda Baca
Tanda baca disebut juga dengan istilah pungtuasi. Pungtuasi, yaitu tanda yang dipakai dalam bagian kalimattertulis yang dibuat berdasarkan unsure suprasegmental dan hubungan sintaksis. Unsur suprasegmental, yaitu unsur bahasa yang kehadirannya bergantung pada kehadiran unsure segmental. Unsur ini terdiri atas tekanan keras, tekanan tinggi, dan tekanan panjang.
Tanda baca yang akan dibicarakan adalah titik, koma, tanda petik, tanda hubung, tanda kurung.
1) Tanda Titik (.)
a) Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh:
Pamanku tinggal di Solo.
Biarlah dia duduk di sana.
b) Tanda titik diapakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
Contoh:
pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik).
c) Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik.
Contoh:
a.n (atas nama), dkk (dan kawan-kawan), jln (jalan).


2) Tanda Koma (,)
a) Tanda koma dipakai diantara unsure-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Contoh:
Ulil, Afif, dan Anis sedang kuliah.
b) Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Kata bapak, “Kamu harus terus belajar.”
c) Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun demikian, akan tetapi.
Contoh:
Lagi pula, mengapa engkau marah-marah.
oleh karena itu, lebih baik tinggalkan saja pekerrjaanmu.
3) Tanda Petik (“…”)
a) Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan naskah atau bahan tertulis lain. Kedua pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.
Contoh:
Kata Andi, “Janganlah kamu suka bermain.”
b) Tanda petik mengapit istilah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus,
Cotoh:
Ia bercelana panjang yang dikalangan remaj dikenal dengan istilah “cutbrai”
c) Tanda petik mengapit mengapit judul syair, karangan, dan bab buku apabila dipakai dalam kalimat.
Contoh:
Karangan Alif yang berjudul “Bangunlah Negeriku” diterbitkan dalam Kompas.
4) Kata Hubung (-)
a) Tanda hubung menyambung unsure-unsur kata ulang.
Contoh:
anak-anak, bapak-bapak, keputih-putihan
b) tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesai dengan bahasa asing.
Contoh:
men-drible bola, di-reshuffle
5) Tanda kurung ((…))
a) Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan
Contoh:
Meskipun dia lolos dari KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), namun hidupnya tidak akan tenang.
b) Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang tidak integral dengan pokok pembicaraan.
Sajak Andi yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada taahun 2009.

2. Pilihan Kata (Diksi)
Diksi atau pilihan kata perlu diperhatikan penyuntig dalam menyunting karangan. seorang penyunting yang baik seharusnya mampu memilih kata mana yang sesuai diterapkan dalam karangan. Ia pun diharuskan mengetahui sinonim, tata perlambangan, akronim, dan singkatan. Selain itu penyunting juga diharuskan mempunyai kemampuan untuk membedakan ragam bahasa baku dan non baku. Dalam situasi resmi, misalnya dalam tulisan ilmiah, dituntut untuk menggunakan kata baku. Sebaliknya, dalam situasi tidak resmi, misalnya dalam percakapan sehari-hari, dapat menggunakan kata-kata tidak baku. Jadi seorang penyunting perlu menuasai kosakata yang lebih dan peristilahan yang sesuai untuk menentukan corak dan mutu keteknisan tulisan.
Disini akan dipaparkan tentang sejumlah kata dalam bahasa Indonesia yang maknanya mirip namun bentuk dan maknanya berbeda. Oleh karena itu, seorang penyunting karangan seharusnya paham tentang perbendaharaan kata-kata itu. berikut ini akan dipaparkan sejumlah kata yang sepintas maknanya mirip, tetapi bentuknya berbeda.
a. Kata segala, segenap, seluruh, dan semua.
segala : Sinetron itu untuk segala usia.
segenap : Segenap lapisan masyarakat ikut merayakan hari kebangkaitan nasional kemarin.
seluruh : Seluruh Mahasiswa baru FBS mengikuti OKPT.
semua : semua bertepuk tangan ketika debat calon presiden dimulai.
b. Kata adalah, ialah, dan yaitu.
adalah : Alif adalah siswa SMA Negeri 3 Demak.
ialah : Puisi ialah sebuah karya sastra yang memiliki makna indah.
yaitu : Budi memiliki dua orang istri, yaitu Solihah dan Salamah.
c. Kata dan lain-lain (dll.) “macam-macam”.
Contoh : Ayah membeli rokok, sabun mandi, meinyak tanah, pensil, dan lain-lain
d. Kata dan sebagainya (dsb) “satu macam/jenis”.
Contoh : Tadi kakak membeli peraltan tulis berupa pensil, buku, penggaris, dan sebagainya.
e. Kata tiap dan masing-masing
tiap : Tiap hari saya selalu belajr keras.
masing-masing : Masing-masing anak mempunyai tugas yang berbeda dari dosen.
f. Kata jam dan pukul
jam : Jarak Semarang-Demak bisa ditempuh dalam 1jam.
pukul : Tadi pagi saya berangkat kuliah pukul 07.00.
g. Kata banyaknya dan jumlah
banyaknya : Banyaknya mobil Syeh Puji 10 buah.
jumlah : Jumlah uang saya hanya sepuluh ribu.

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa diksi memiliki peranan yang penting dalam penyuntingan karangan karena apabila seorang penyunting atau editor tidak dapat memilih kata-kata yang tepat berdampak pada hasil karangan yang kurang enak untuk dinikmati pembaca.

3. Kalimat Efektif
Selain ejaan dan pilihan kata yang diperhatikan dalam menyunting karangan adalah keefektifan kalimat. Kalimat efektif adalah kalimat yang bisa menyampaikan pesan secara tepat. Dengan kalimat efektif, pesan yang hendak disampaikan kepada pembaca akan diterima secara tepat. Kalimat efektif terhindar dari dari makna yang ambigu, penghamburan kata, kesalahan tata bahasa, ketidak logisan makna, kerancuan, dan pengaruh bahasa lain.

a. Ciri-ciri Kalimat Efektif
Untuk membuat kalimat yang efektif, ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu kepaduan, kesejajaran, dan kelogisan.
1) Kepaduan
Kepaduan atau koherensi bisa dibicarakan pada bagian pembentukan paragraf. Paragraf yang baik , mengandung kalimat-kalimat yang padu.
a) contoh kalimat yang tidak padu karena kesalahan menempatkan kata depan.
DPR pusat sedang membicarakan tentang undang-undang pronoaksi dan pornografi.
Seharusnya:
DPR pusat sedang membicarakan tentang undang-undang pornoaksi dan pornografi.
2) Kesejajaran
kesejajaran adalah kesamaan jenis kata-kata yang mempunyai gagasan dalam kalimat. Apabila gagasan utama dalam kalimat itu terletak pada kata pertama kata benda, gagasan kata keduanya juga harus kata benda, dan seterusnya. Apabila gagasan utama kalimat tersebut pada kata pertama kata kerja, gagasan kata keduanya juga harus kata kerja dan seterusnya.
Berikut contoh yang kalimat yang tidak sejajar.
Penyakit flu babi merupakan penyakit berbahaya dan mengerikan sebab pencegahan dan mengobatinya masih belum banyak yang tahu.
Seharusnya:
Penyakit flu babi merupakan penyakit membahayakan dan mengerikan sebab pencegahan dan pengobatannya masih belum banyak yang tahu.
3) Kelogisan
Benar dan salah sebuah kalimat bukan hanya ditentukan oleh strukturnya, tetapi juga unsur lain yang harus diperhatikan, yaitu kelogisan maknanya. Kalimat yang maknanya tidak logis bukan hanya membingungkan pembaca, tetapi juga tidak bisa menyampaikan pesan secara akurat sesuai dengan tujuan kalimat efektif. Berikut contoh kalimat yang maknanya tidak logis.
a. Toko itu menjual buku pelajaran bahasa Indonesia.
b. Polisi itu berhasil ditangkap polisi.
Kalimat (a) tidak logis karena. Ketidaklogisannya terletak pada hubungan subjek dan predikat tidak berterima, karena yang bisa menjual itu bukan tokonya, melainkan pemilik toko. Kalimat (b) pencuri yang berhasil itu seharusnya yang tidak tertangkap polisi, bukannya yang tertangkap polisi.
Seharusnya
a. Di toko itu dijual buku pelajaran bahasa Indonesia.
b. Polisi berhasil menangkap pencuri.
Beberapa faktor penyebab

b. Beberapa Faktor Penyebab Ketidakefektifan Kalimat.
Ada beberapa faktor penyebab ketidak efektifan kalimat. Faktor-faktor tersebut, yaitu kesalahan tata bahasa, ketaksaan kalimat, ketidakhematan kata, kerancuan kalimat, dan pengaruh bahasa asing dan daerah.
1) Kesalahan Tata Bahasa
Berikut contoh kalimat tidak efektif akibat kesalhan tata bahasa.
a. Demikain surat pemberitahuan ini, atas perhatiannya, saya ucapkan terim kasih.
b. Dia mengalamai kecelakaan ketiga kalinya.
Pada kalimatg (a) kata ganti nya mengacu pada orang ketiga, sedangkan yang disurati orang kedua maka langsung saja memakai nama panggilan yang disuarti (Bapak/Ibu/Saudara dll.). Kalimat (b) tidak sesuai dengan struktur bahasa Indonesia (yang benar kata kali ketiganya).
Seharusnya
a. Demikain surat pemberitahuan ini, atas perhatian Bapak/Ibu/Saudara, saya ucapkan terim kasih.
b. Dia mengalamai kecelakaan kali ketiganya.
2) Ketaksaan atau Keambiguan Kalimat
Berikut contoh kalimat taksa atau ambigu.
a. Kucing makan tikus mati.
b. Istri dokter baru
Pada kalimat (a), apa yang mati? Kalau yang dimaksud tikus yang mati, di antara subjek dan prediket sebaiknya terdapat tanda pisah (-) atau kata penghubung yang sebelum kata keterangan. Kalimat (b) kalau yang dimaksud yang baru itu istri dokter, di antara subjek dan predikat diberi tanda pisah (-) atau kata penghubung yang sebelum kata keterangan.
Seharusnya
a. Kucing-makan tikus mati./Kucing makan tikus yang mati.
b. Istri dokter-baru./Istri dokter yang baru.
3) Ketidakhematan Kata
Berikut contoh kalimat yang tidak menghemat kata.
a. Keinginan daripada DPR sekarang tidak selaras dengan keinginan rakyat.
b. Beberapa kejadian-kejadian alam terjadi di Indonesia.
Pada kalimat (a), kata daripada tidak diperlukan karena merusak tatanan kalimat. Dalam kalimat (b), kata beberapa sudah menunjukkan jamak, kataberikutnya tidak perlu diulang.
Seharusnya
a. Keinginan DPR sekarang tidak selaras dengan keinginan rakyat.
b. Beberapa kejadian alam telah terjadi di Indonesia.
4) Kerancuan Kalimat
Kalimat yang rancu adalah kalimat yang strukturnya kacau tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Berikut contoh kalimat rancu.
a. Mereka sedang merayakan akan kemenangannya.
b. bukan hanya materi yang aku cari, malinkan harga diri.
Kalimat (a) merupakan kalimat kalimat aktif maka setelah predikata tidak perlu ada kata akan karena predikat aktif langsung diikuti objek. Kalimat (b) frase bukan hanya biasa diikuti frase tetapi juga, bukan melainkan.
Seharusnya
a. Mereka sedang merayakan akan kemenangannya.
b. bukan hanya materi yang aku cari, tetapi harga diri.
5) Pengaruh Bahasa Asing dan Bahasa Daerah
Setiap bahasa menpunyai kaidah masing-masing. Kaidah bahasa yang satu tidak bisa digunakan pada bahasa yang lain. Karena kaidah merupakan salah satu komponen bahasa yang membedakannya dengan bahasa lain. Berikut contoh kalimat yang dipengaruhi bahasa daerah dan bahasa asing.
a. Anak itu ketabrak mobil dan belum ada yang mau ngerawatnya.
b. PKM di mana para pemuda biasa berkumpul, sekarang beralih fungsi menjadi musala.
Pada kalimat (a), kata ketabrak, ngerawat tu dipengaruhi bahasa Sunda. Bahasa Indonesia yang benar (tertabrak, merawat). selanjutnya, pada kalimat (b) kata di mana merupakan pengaruh bahasa Inggris. Dalam bahasa Indnesia, tidak ada kata Tanya di tengah kalimat. Dalam bahasa Inggris sebagai kata sambung (Conjuction) yang artinya yang.
Seharusnya
a. Anak itu tertabrak mobil dan belum ada yang mau merawatnya.
b. PKM tempat para pemuda biasa berkumpul, sekarang beralih fungsi menjadi musala.

pesan

maksimalkan kemampuanmu untuk menyejahterakan orang lain